AMBISI GEREJA YANG TAK KESAMPAIAN
Raperda ini bukan murni dirancang oleh pemerintah daerah, namun merupakanUpaya kristen membendung perkembangan ummat Islam terlihat sangat jelas.
tekanan dari pihak gereja seluruh Papua
Di daerah Manokwari, Papua, sedianya akan dibangun Islamic Center pada tahun 2005 yang lalu tapi akhirnya batal. Rencana pembangunan Islamic Center ini berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat. Artinya disana Muslim telah menjadi mayoritas, tapi pihak Kristen tidak membiarkan pembangunan ini dengan opini yang telah mereka kembangkan sekian lama bahwa Papua adalah tanah kristen.
Ide tentang Kota Manokwari sebagai kota Injil muncul pertama kali pada 17 November 2005 saat demo masyarakat menentang pembangunan Islamic Center di Manokwari. Kemudian muncul lagi ke permukaan pada 7 Maret 2007. Rupaya telah mereka godok selama dua tahun untuk menjadi sebuah rancangan peraturan daerah (raperda).
Anehnya ketika bola panas ini bergulir dan menuai protes, pihak pemerintah daerah, eksekutif maupun legeslatif saling mengelak. Pihak gerejapun yang awalnya sangat getol bahkan memimpin demo dan mereka juga yang membacakan petisi di depan gedung DPRD malah berbalik haluan. Mereka berlomba-lomba mengeluarkan pernyataan menolak Raperda tersebut.
Pasal Diskriminatif Raperda Manokwari
Butir 14 Ketentuan Umum : Injil sebagai kabar baik
Pasal 25 : Pembinaan mental memperhatikan budaya lokal yang menganut agama Kristen.
Pasal 26 : Pemerintah dapat memasang simbol agama di tempat umum dan perkantoran.
Pasal 30 : Melarang pembangunan rumah ibadah agama lain jika sudah ada gereja.
Pasal 37 : Melarang busana yang menonjol simbol agama di tempat umum.
Akibat dari pasal-pasal tersebut :
- Melarang pemakaian busana muslimah ditempat umum
- Melarang pembangunan masjid di tempat yang sudah ada gereja
- Melarang Azan
- Membolehkan pemasangan simbol salib di seluruh gedung perkanoran dan tempat umum.
Dukungan pemda dan gereja
Dalam demo menolak Islamic Center, 17 November 2005, turut hadir petinggi-petinggi daerah antara lain Bupati Manokwari Drs Dominggus Mandacan, Ketua DPRD Kabupaten Moses Mosioi, STh, Dandim 1703 Manokwari Letkol Suyitno dan Kapolres Manokwari AKBP Drs Pietrus Waine, SH. Serta sejumlah anggota DPRD Kabupaten Manokwari.
Di barisan long march terdepan, tampak pendeta-pendeta diantaranya, Wakil Ketua Sinode GKI Papua, Pdt Herman Awom. Pernyataan sikap Kristiani Manokwari dibacakan oleh Ketua Badan Pekerja Antar Gereja Pdt I.S Rumbiak S Th.
Sekarang, aksi cuci tangan
Wakil Ketua DPRD Manokwari, Amos H May mengatakan, bahwa usulan Raperda hanyalah pokok pikiran yang diusung unsur gereja dan sejumlah pakar, ”Bentuknya baru berupa pokok pikiran, bukan raperda karena tidak diusulkan eksekutif dan legeslatif,” Kamis (22/3/07). Namun ia juga mengakui bahwa usulan tersebut sudah masuk ke eksekutif.
Pendeta Weinata Sairin, wakil sekertaris PGI menyatakan, ”PGI tetap menolak perda atau raperda yang berbasis agama, karena hal itu menimbulkan diskriminasi.” Rabu ( 28/3/07). Pastor Benny Susetyo, sekertaris eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI pada hari sebelumnya juga memberikan pernyataan yang sama, ”Pada dasarnya KWI menolak setiap perda yang berbasis agama termasuk Raperda Kota Injil di Manokwari.”
Lalu siapa dalang Perda Manokwari Kota Injil ?
Siapa yang menjadi dalang kiranya sudah cukup jelas jika merunut lagi pada kejadian dua tahun yang lalu. Tapi munculnya gagasan Kristenisasi struktural dengan mengklaim diri punya otoritas menjadikan Injil sebagai perda untuk membangun Kota Injil Manokwari, jelas merupakan suatu kebohongan besar dan ada agenda lain terhadap keutuhan NKRI.
Sebuah opini yang dipaksakan, dikatakan bahwa Papua adalah tanah Kristen. ”Umat Protestan (saja) berjumlah lebih dari setengah penduduk Papua. Katolik adalah mayoritas di bagian selatan dan Manokwari terletak di bagian utara.” Ungkap website resmi mereka, Mirifikca e-News.
Tapi menurut Junaidi aktivis GP Anshor, selisih penduduk non-Muslim dan Muslim di Manokwari tidak terpaut jauh. Ustad Fazdlan Garamatan kepada ARANA (6/1/08) mengungkap bahwa pada tahun 1994, sensus dilakukan pada penduduk Jaya Pura dan hasilnya 70% adalah Muslim. Fakta ini ditolak oleh pemda setempat.
”Raperda ini bukan murni dirancang oleh pemerintah daerah, namun merupakan tekanan dari pihak gereja seluruh Papua,” kata Ustd. Aliyuddin Abdul Aziz, tokoh Islam dan pengasuh Pondok Pesantren Darut Taqwa Manokwari.
Menanggapi sikap penolakan PGI dan KWI serta kalangan gereja yang lain terhadap Raperda tersebut, Ustad. Aliyuddin mengatakan, ” Ini hanya kamuflase. Karena saat awal-awal beredarnya Raperda ini, pihak gereja seakan acuh. Malah mereka bilang bahwa Raperda ini dimunculkan pihak ketiga (provokator) untuk mengadu-domba kehidupan beragama di Manokwari. Namun setelah kami desak, akhirnya mereka mengaku bahwa mereka merancang Raperda ini.”
Lalu bagaimana kondisi masyarakat Papua sekarang ? Menurut Junaidi, sejauh ini situasi masih damai dan tenang. ”Warga juga tak menghendaki Raperda yang membuat hidup rukun kami jadi bermusuhan.”
Pernyataan terakhir ini perlu kiranya untuk digaris bawahi, “Warga juga tak menghendaki Raperda…”, inilah kondisi atau fakta yang ada. Isue kebutuhan rakyat Papua akan Raperda, menunjukkan adanya kepentingan segolongan kecil masyarakat yang mengatasnamakan rakyat Papua. Sedangkan apa yang mereka suarakan justru bertentangan dengan aspirasi rakyat Papua yang sebenarnya.
Terbuktilah, bahwa Raperda tersebut bukan aspirasi dan kebutuhan rakyat Papua !
Silmy Kaffah.
Sumber : Hidayatullah, Mirifica e-news, swara muslim, republika.
11 komentar:
apa bedanya ama orang islam, da peraturan yang melarang pambangunan gereja di kawasn mayoritas muslim..??
trus knapa orang islam mlarang kalo gereja make simbol dan lambang2 budaya daerah buat nyebarin kristen???
islam emang agama yang ga adil
curang...!!
Buat sodara anonim....
adil itu bukan berarti sama rata dan sama rasa ...
hal semacam itu hanya terdapat pada sifat PKI saja yang mengharapkan bentuk yang sama rata sama rasa
Islam tidak ada aturan yang melarang orang lain untuk mengikuti n melaksanakan ajaran agama....
Dalam aturan kota salib menyebutkan bahwa dilarang memakai jilbab hal ini sangat bertentangan dengan HAM
masa orang udah pake baju kok d suruh lepas lagi?????
So what gitu loh.....
itulah, dilemanya kalau agama dijadikan alat politik. entah untuk melepaskan diri dari Indonesia, atau menjadi kaki tangan sang 'super power' dan koalisinya(You Know Who). setelah timor-timur, sekarang yang diincar papua. praktek-praktek intelijen dipake, agar papua terlepas dari NKRI. di dalam tempat ibadah mereka berkata "aspirasi orang papua adalah M", M itu apa, ya Merdeka. jadi kita tidak tahu mana yang nasionalis mana separatis dan mana simpatisan.
dalam sejarah Indonesia, Muslim-lah yang memerdekakan Indonesia, itu tidak dapat dipungkiri. jangan sampai kita sesama saudara sebangsa berperang karena ambisi 'super power'. kami tidak suka mencari musuh, tapi jika ada musuh kami tidak akan mundur. kami tidak membela suku atau golongan, kami adalah satu kesatuan.
Islam g adil?
hati bung kalau bicara, jgn bilnng begitu kalau anda belum tahu banyak tentang ISLAM. bisa2 ditertawakan...ha3x....
ISLAM is GREATS Brow...
pada dasarnya kami masyarakat papua memiliki rasa toleransi beragama yg baik. yg saya rasakan sejak terjadinya kerusuhan maluku pun hub msh baik. akan tetapi tahun2 terakhir agama d politisasi. toleransi itupun saya rasa sdh pudar. jadi kami mohon jgn membuat maluku jilid2 versi papua. MUSLIM SORONG-PAPUA BARAT
bisa sadar ngak sih
masa orang nasrani di luar papua di bantai n di bakar gereja di rusak
itu kan tidak manusiawi...dan memang papua adalah tanah perjanjian tanah bagi umat nasrani
ada-ada saja bohongnya...
memang diajarkan dari sononya sama nabisnya si penipu ulung XD..
wong kalo di mayoritas islam, stiap gedung ada tempat sholat.
munafik ngak itu?? >.<
pura2 adil padahal curangnya bukang kepalang.
orang kafir katanya harus dipenggal? katakan itu bukan ajaran kalian? ayo coba! tdk kan? karena itu memang perintah nabi penipu kalian, bagaimana mau dibilang adil, kalo semua selain islam adalah sesat? ayo.. cb tanya sama abu bakar tuh. atw sm MUI, bisa ngak islam berdampingan menerima keaneragaman? pasti jawabnya NO! seperti kata2 pejuang kebenaran islam yang bom bali itu! 'SEMUA MUSLIM DI INDONEIA MUNAFIK! KARENA AJARAN YANG SEBENARNYA ITU HARUSNYA SEMUA YANG BUKAN ISLAM HARUS DIPENGGAL!' ALllahu AKbar! huahuahua
Nubuatan Alkitab satu persatu sudah terbukti, satu persatu negara islam babak belur, bila Indonesia mengutamakan islam, gilirannya akan tiba.
islam berak....silah! olohuakbar!!
Islam adlah rahmatan lilalamin, di aceh telah diberlakukan hukum islam, di sana diwajibkan wanita untuk berjilbab itu pun khusus hanya untuk muslimah, kalo wanita selain islam tidak dihukum, dan msih banyak aturan islam yang sangat adil,,,
kalo di instansi pemerintah di buatkan mesjid atau mushola ya wajar lah soalnya umat islam sholat 5x sehari,,, dan ini untuk memperlancar aktifitas kantor juga,,, agar pagawai yang umat muslim tidak jauh2 untuk sholat...
Mohon semua pihak yang terkait untuk menambah jam pelajaran Agama di semua sekolah agar meningkat akhlak keimanan . masa hanya 2 jam per minggu.ini sama saja melemahkan bangsa.
Posting Komentar