Tentang kami

Bekasi, Jawa Barat, Indonesia
ARANA adalah sebuah Majalah Islam yang terbit tiap bulan di bawah Yayasan IRENA CENTER. Dengan misi utama membentengi Aqidah ummat dan membina Muallaf.

Minggu, Februari 10, 2008

AKHLAQ DALAM ISLAM


Oleh: Mu’ammal Hamidy,Lc

1. Tujuan Utama Risalah
Tujuan utama Rasulullah SAW diutus menjadi seorang Nabi dan Rasul adalah memperbaiki dan menyempurnakan akhlaq manusia, baik dalam hubungannya secara langsung dengan Allah sebagai khaliq dan rabb, maupun dalam hubungannya dengan sesama insane kolega, dan juga terhadap makhluk-makhluk hidup lainya yang menjadi kelengkapan hidupnya. Ini, dipertegas oleh Rsulullah SAW sendiri dalam sebuah sabdanya:
“Sesungguhnyaaku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulis.” (HR. Malik)

a. Pengertian Akhlaq:
Akhlaq, disebut juga khuluq dari asal kata khalaqa, mencipta. Maka, akhlaq atau khuluq adalah ciptaan atau bentukan aseli. Dalam istilah sehari-hari dikenal dengan prilaku. Karena prilaku adalah hakekat wujud manusia. Sementara yang dinamakan akhlaq yang mulia, atau prilaku mulia, tiada lain adalah prilaku yang berdasar Agama. Karena itu, menyempurnakan akhlaq yang mulia berarti menyempurnakan agama Allah.

b. Cara Penyempurnaan :
1) Memperkuat yang telah ada, seperti prinsip-prinsip aqidah dan ibadah.
2) Yang telah dikemas dengan kemasan baru, semisal shalat 50 kali menjadi 5 kali, puasa menjadi sebulan di bulan Ramadlan, haji, qurban dsb.
3) Mengganti aturan lama dengan aturan baru, seperti poligami yang tidak terbatas, menjadi hanya 4 orang istri saja, perkawinan antar saudara menjadi harus dengan keturunan yang jauh.
4) Membuat aturan baru yang dahulunya belum pernah ada.

Dengan cara seperti itulah, maka islam ini lalu dijadikan sebagai Syari’at yang semppurna dan fleksibel. Dan mengikuti tuntunan agama dalam berprilaku itulah yang disebut “berprilaku mulia” (makarimul akhlaq).

2. Bobot Akhlaq Dalam Timbangan ‘Amal.
Dalam timbangan ‘amal nanti di akhirat, akhlaq adalah yangpaling berbobot. Ini, dipertegas oleh Rasulullah SAW dalam beberapa sabdanya, antara lain:
“Tidak ada sesuatupun amalan seorang mukmin yang paling berat timbangannya nanti di hari kiyamat yang baik.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ahmad)

“Dari Abdullah bin ‘Amr, katanya: Saya mendengan Rasulullah SAW bersabda: Maukah kamu keberitahu tentang orang yang paling kucintai dan yang paling dekat denganku tempat tinggalnya nanti di hari kiyamat? –diulanginya sampai dua atau tiga kali-Jawab mereka (para sahabat): Mau, ya Rasulullah. Lalu beliau bersabda: Yaitu diantara kalian yang paling baik akhlaqnya.” (HR. Thabrani)

“Dari Anas, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:Sesungguhnya seseorang dengan kebaikan akhlaqnya akan mencapai aneka derajat yang tinggi di akhirat dan puncak kemulian, sekalipun sesungguhnya dia itu ibadahnya sangat mencapai lembah jahanam yang paling bawah.” (HR. Thabrani)

“Ada seorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Ya Rasulullah, ada seorang wanita yang dikenal shalatnya banyak, puasanya banyak, sedekahnya juga banyak, tetapi suka menyakiti tetangga-tetangganya dengan lidahnya (dimana gerangan dia itu nanti)? Jawab beliau: Dineraka. Lalu orang tersebut bertannya lagi : Ya Rasulullah, ada juga seorang wanita yang terkenal shalatnya sedikit, puasanya juga sedikit, bahkan sedekah cukup dengan potongan-potongan keju kecil-kecil teapi dia tidak menyakiti tetangga-tetangganya (dimana gerangan dia itu nanti)? Jawab beliau: Di Surga.” (HR. Thabrani)

“Rasulullah SAW pada suatu hari menanyai para sahabat: Tahukah kalian siapakah orang bangkrut itu? Jawab mereka: Orang yang bangkrut di kalangan kami ialah orang-orang yangtidak berduit dan tidak punya barang apapun. Lalu jawab beliau: Orang yang bangkrut di kalangan umatku, ialah orang yang nanti di hari kiyamat akan membawa (pahala) shalat, zakat dan puasa. Namun, dia juga pernah mencacimaki ini, menuduh ini, makan harta orang ini, mengalirkan darah orang ini dan memukul ini. Karenanya, lalu yang ini akan diberi dari kebaikannya, dan yang ini juga dari kebaikannya. Kemudian apabila kebaikan-kebaikan (pahala) itu habis, sebelum tercukupi apa yang menjadi tanggungannya itu, maka ambillah sebagian dari kejelekan (dosa) temanya itu untuk dilemparkan kepadanya, lalu dia dilemparkan ke neraka.” (HR. Muslim)

3. Cara Pembinaan Akhlaq
Akhlaq bias dibangun dan dibina melalui ibadah ritual, semisal:
a. Shalat, Allah SWT berfirman:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (TQS. Al-Ankabut:45)

“Dari Nabi SAW dari Tuhannya, Allah berfirman : Aku hanya akan menerima shalat dari orang yang lantaran shalatnya itu dia bertawadhu’ demi keagungan-Ku, tidak menyombongkan diri terhadap makhluk-Ku, tidak diisinya malam hari dengan terus-menerus berbuat maksiyat kepada-Ku, dilaluinya siang hari dalam mengingat Aku, berbelas kasih kepada miskin, kepada anak jalan, kepada janda dan bebelas kasih kepada setiap orang yang terkena musibah.” (HR. Bazzar)

b. Puasa, Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana pernah diwajibkan atas orang-orang sebelummu supaya kamu menjadi (lebih bertaqwa.” (TQS. Al-Baqarah:183)

“Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang tidak dapat meninggalkan omongan dosa dan perbuatan dosa, maka Allah tidak membutuhkan dia meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari)
c. Haji, Allah SWT berfirman:

“(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal

Tidak ada komentar: